|
PEMBAHASAN
A.
Makna Jual beli
Jual beli artinya menjual, mengganti, dan menukar sesuatu dengan sesuatu
yang lain, Definisi
menurut syara’ yang di maksud jual beli ialah tukar menukar harta secara suka
sama suka atau memindahkan milik dengan mendapat tukar menukar cara yang di
izinkan agama. Sedangkan menurut bahasa artinya menukar atau menjual.
Jual beli
adalah muamalah yang di perintahkan oleh allah bagi para hambanya, sebagai
sarana memperoleh rizkinya dan sebagai sarana mencari keuntungan. Secara
terminologi jual beli dapat di definisikan sebagai berikut:
- Menukar
barang dengan barang atau barang dengan uangdenga jalan melepaskan
hak milik yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan (idris
ahmad, fiqih al-syafi’iyah : 5)
- Penukaran
benda dengan benda lain dengan jalan saling merelakan atau memindahkan hak
milik dengan ada penggantinya dengan cara yang dibolehkan.
- Aqad
yang tegak atas dasar penukaran harta atas harta, maka terjadilah
penukaran hak milik secara tetap.(Hasbi Ash-Shiddiqi, peng.Fiqh muamalah
:97)
Adapun beberapa ulama mendefinisikan jual beli sebagai berikut;
Menurut ulama hanafiyah “saling menukarkan harta dangan harta melalui cara
tertentu.” atau tukar menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melalui
cara tertentu yang bermanfaat.”
1
|
Menurut said sabiq jual beli adalah saling menukar harta dengan harta atas
dasar suka sama suka.
Menurut Imam An-Nawawi jual beli adalah saling menukar harta dengan harta
dalam bentuk pemindahan kepemilikan.
Menurut Abu Qudamah jual beli adalah saling menukar harta dengan harta
dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan.
Dari beberapa definisi tersebut penulis mengambil kesimpulan
bahwasanya jual beli adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah
pihak dengan cara suka rela sehingga keduanya dapat saling menguntungkan, maka
akan terjadilah penukaran hak milik secara tetap dengan jalan yang dibenarkan
oleh syara’.Yang dimaksud sesuai dengan ketetapan hukum adalah memenuhu
persyaratan-persyaratan, rukun-rukun dalam jual beli, maka jika syarat dan
rukunnya tidak terpenuhi berarti tidak sesuai dengan ketentun syara’. Yang
dimaksud benda dapat mencakup pengertan barang dan uang dan sifatnya adalah
bernilai. Adapun benda-benda seperti alkohol, babi, dan barang terlarang
lainnya adalah haram diperjual belikan. Bahwasanya Rasullullah bersabda :
Artinya :
Dari jabir Rasulullah bersabda Sesungguhnya Allah dan Rasulnya mengharamkan
jual beli arak, bangkai, babi, dan berhala. (HR. Jabir Ibn Abdillah)
B. Landasan hukum
Jual beli sebagai sarana tolong menolong antara sesama manusia mempunyai
landasan yang amat kuat dalam islam.
Dalam Al-quran Allah berfirman:
¨…
Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…
(QS.Al-baqarah:275)
Firman Allah SWT:
Tidak
ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu…
(QS.Al-baqarah:198)
Firman Allah SWT:
…kecuali
dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu
(QS.An-nisa:29)
Firman Allah SWT:
… dan
persaksikanlah apabila kamu berjual beli…
(QS.Al-Baqarah:282)
Dalam sabda Rasulullah SAW disebutkan:
“Nabi Muhammad
SAW.pernah ditanya: apakah profesi yang paling baik? Rasulullah menjawab:
“usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual-beli yang diberkati”. (HR.
Al-Barzaar dan Al-Hakim)
C. Rukun
Mengenai rukun dan syarat jual beli, para ulama memiliki perbedaan
pendapat. Menurut mahzab hanafi rukun jual beli hanya ijab dan kabul saja.
Menurut mereka, yang menjadi rukun dalam jual beli hanyalah kerelaan antara
kedua belah pihak untuk berjual beli.
Menurut
jumhur ulama rukun jual beli ada empat:
- Orang
yang berakad (Penjual dan pembeli)
- Sighat
(lafal ijab dan kabul)
- Benda-benda
yang diperjual belikan
- Ada
nilai tukar pengganti barang.
Menurut
mahzab hanafi orang yang berakad, barang yang dibeli dan nilai tukar barang
termasuk syarat bukan rukun.
D. Syarat-syarat jual beli
Menurut jumhur ulama, bahwa syarat jual beli sama dengan rukun jual
beliyang disebutkan di atas adalah sebagai berikut:
1). Syarat
orang yang berakad
1.
Berakal
2.
Orang yang melakukan akad itu adalah orang yang
berbeda. Maksudnya, seseorang tidak dapat bertindak sebagai pembeli dan penjual
dalam waktu yang bersamaan.
2). Syarat
yang terkait dengan ujab kabul
a. orang
yang mengucapkannya telah akil baligh dan berakal.
b. kabul
sesuai dengan ijab.
c. ijab dan
kabul dilakukan dalam satu majlis.
3). Syarat
yang diperjual belikan
a. barang itu
ada, atau tidak ada di tempat, tetapi pihak penjual menyatakan kesanggupannya
untuk mengadakan barang itu.
b. Dapat
dimanfaatkan atau bermanfaat bagi manusia.
c. Jelas orang
yang memiliki barang tersebut.
d. Dapat
diserahkan pada saat akad berlangsung, atau pada waktu yang telah disepakati
bersama ketika akad berlangsung.
4). Syarat
nilai tukar (harga barang)
a.
Harga yang disepakati oleh kedua belah pihak harus
jelas jumlahnya.
b.
Dapat diserahkan pada saat waktu akad (transaksi).
c.
Bila jual beli dilakukan dengan cara barter, maka
barang yang dijadikan nilai tukar, bukan barang yang diharamkan syara’.
E.
Macam-macam dan Bentuk jual beli :
Jual beli dapat
ditinjau dari beberapa segi yaitu:
- Jual
beli ditinjau dari syah atau
tidaknya:
a.
Jual beli yang sahih
Apabila
jual-beli itu disyariatkan, memenuhi rukun atau syarat yang di tentukan, barang
itu bukan milik orang lain, dan tidak terkait dengan khiyar lagi, maka jual
beli itu sahih dan mengikat kedua belah pihak. Umpamanya, seseorang membeli
suatu barang. Seluruh rukun dan syarat jual-beli telah terpenuhi. Barangitu
juga telah di periksa oleh pembeli dan tidak ada cacat, da tidak ada rusak.
Uang yang sudah diserahkan dan barangpun sudah diterima dan tidak ada lagi
khiyar.
b.
Jual beli batil
Apabila pada
jual-beli itu salah satu atau seluruh rukunnya tidak terpenuhi, atau jual beli
itu pada dasarnya dan sifatnya tidak di syariatkan, maka jual beli itu
batil.umpamanya, jual beli yang dilkukan oleh anak-anak, orang gila, atau barang-barang
yang di jual itu barang-barang yang di harapkan syara(bangkai, darah,
babi dan khamar).
1)
Barang
yang dihukumkan najis oleh agama, seperti babi, berhala dan lainnya.
2)
Jual
beli sperma atau mani hewan, seperti mengawinkan seekor domba jantan dengan
betina agar dapat memperoleh turunan.
3)
Jual beli dengan muh{abarah, yaitu menjual
buah-buahan yang belum pantas untuk dipanen.
4)
Jual beli dengan mulal)
5)
Jual beli garar, yaitu jual beli yang samar
sehingga kemungkinan terjadi penipuan.
c.
Jual beli fasid
Ulama mazhab hanafi memedakan jual beli fasid dan jual beli batil.
Sedangkan jumhur ulama tidak membedakan jual beli fasid dengan jual beli batil.
Menurut mereka jual beli itu terbagi dua, yaitu jual beli yang sahih dan jual
beli yang batil.
Apabila rukun dan syrat jual beli terpenuhi, maka jual beli itu sahih.
Sebaliknya apabila suatu rukun atau syarat jual beli tidak terpenuhi maka jual
beli itu batil.
Menurut mazhab hanafi jual beli fasid antar lain
1)
Jual beli al-majhl yaitu benda atau barang secara gelobal
tidak di ketahui.
2)
Jual beli yang dikaitkan dengan suatu syarat, seperti
ucapan penjual kepada pembeli:” saya jual mobil saya ini kepadda anda bulan
depan setelah mendapat gaji
3)
Menjual barang yang gaib yang tidak di ketahui pada
saat jual beli berlangsung, sehingga tidak dapat dilihat oleh pembeli
4)
Jual beli yang dilakukan orang buta
5)
Barter barang dengan barang yang diharamkan
6)
Jual beli al-ajl
Contoh: seseorang menjual barangnya senilai Rp100.000 dengan pembayarannya
di tunda selama sebulan, setelah penyerahan barang kepada pembeli, pemilik
barang pertama membeli kembali barang tersebut dengan harga yang lebih rendah
misalnya Rp 75.000 sehingga pembeli pertama tetap berhutang sebesar Rp 25.000.
- Dari
segi objek jual beli dan segi pelaku jual beli
Ditinjau
dari segi benda yang yang dijadikan obyek jual beli dapat dikemukakan pendapat
imam Taqiyuddin bahwa jual beli dibagai menjadi tiga bentuk :
a.
jual beli benda yang kelihatan
maksudnya
adalah pada waktu melakukan akad jual beli benda atau barang yang diperjualbelikan
ada didepan penjual dan pembeli, seperti membeli beras dipasar dan boleh
dilakukan.
b.
Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam janji
Sama dengan
jual beli salam (pesanan), ataupun yang dilakukan secara tidak tunai (kontan).
Maksudnya ialah perjanjian sesuatu yang penyarahan barang-barangnya
ditangguhkan hingga masa tertentu.
Dalam salam
berlaku semua syarat jual beli dan syarat-syarat tambahannya ialah :
1)
Ketika melakukan akad salam disebutkan sifat-sifatnya
yang mungkin dijangkau oleh pembeli, baik berupa barang yang dapat ditakar,
ditimbang maupun diukur.
2)
Dalam akad harus disebutkan segala sesuatu yang bias
mempertinggi dan memperendah harga barang itu.
3)
Barang yang akan diserahkan hendaknya barang-barang
yang biasa didapat dipasar.
Harga
hendakya dipegang ditempat akad berlangsung.
c.
Jual beli benda yang tidak ada
Jual
beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat ialah jual beli yang
dilarang oleh agama Islam karena barangnya tidak tentu atau masih gelap
sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang
titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu pihak.
- Ditinjau dari segi pelaku akad (subyek), jual beli terbagi
menjadi 3 yaitu:
a. Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan adalah akad
yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Bagi orang bisu diganti dengan isyarat,
karena isyarat merupakan pembawaan alami dalam menampakan kehendak.
b. Penyampaian akad
jual beli melalui utusan, perantara, tulisan, atau surat-menyurat sama halnya
dengan ijab qabul dengan ucapan, misalnya via pos dan giro. Jual beli seperti
ini dibolehkan syara’.
c. Jual beli dengan
perbuatan (saling memberikan) atau dikenal dengan istilah mu’ab dan qabul.
Dalam fiqh muamalah, telah diidentifikasi dam
diuraikan macam-macam jual beli, termasuk jenis jual beli yang dilarang umat
islam. Macam atau jenis jual beli itu antara lain:
a. Bai’
al mutlaqah yaitu pertukaran barang atau jasa dengan uang. Uang berperan
sebagai alat tukar. Jual beli semacam ini menjiwai semua produk-produk lembaga
keuangan yang didasarkan atas prinsip jual beli.
b. Bai’ al muqayyadah yaitu jual beli dimana
pertukaran terjadi antara barang dengan barang (barter). Aplikasi jual beli
semacam ini dapat dilakukan sebagai jaln keluar bagi transaksi eksport yang
tidak dapat menghasilkan valuta asing (devisa). Karena itu dilakukan pertukaran
barang dengan barang yang dinilai dalam valuta asing. Transaksi semacam ini
lazim disebut counter trade.
c. Bai’ al sharf yaitu jual beli atau pertukaran
antara satu mata uang asing dengan mata uang asing lain, seperti antara rupiah
denga dolar, dolar dengan yen dan sebagaimya. Mata uang asing yang diperjual
belikan itu dapat berupa uang kartal (bank notes) atau berupa uang giral
(telegrafic transfer atau mail transfer).
d. Bai’
al murabahah adalah akad jual beli barang tertentu dalam transaksi jual beli
tersebut penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan,
ternasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil.
e. Bai’ al musawamah adalah jual beli biasa,
dimana penjual tidak memberi tahukan harga pokok dan keuntungan yang
didapatnya.
f. Bai’
al muwadha’ah yaitu jual beli dimana penjual melakukan penjualan dengan harga
yang lebih rendah daripada harga pasar atau dengan potongan (discount).
Penjualan semacam ini biasanya hanya dilakukan untuk barang-narang atau aktifa
tetap yang nilai bukunya sudah sangat rendah.
g. Bai’ as salam adalah akad jual beli dimana
pembeli membayar uang (sebesar harga) atas barang yang telah disebutkan
spesifikasinya, sedangkan barang yang diperjual belikan itu akan diserahkan
kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati. Bai’ as salam biasanya dilakukan
untuk produk-produk pertanian jangka pendek.
h. Bai’ al istishna’ hampir sama dengan bai’ as
salam yaitu kontrak jual beli dimana harga atas barang tersebut dibayar lebih
dulu tetapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat yang
disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan diserahkan
kemudian.
Diantara jenis-jenis jual beli tersebut, yang lazim
digunakan sebagai modal pembiayaan syariah adalah pembiayaan berdasarkan
prinsip bai al murabahah, bai’ as salam dan bai’ al istishna’.
F.
Jual Beli Yang Dilarang dan batal
hukumnya
1.
Barang yang
di hukumkan najis oleh agama, seperti anjing, babi, berhala, bangkai, dan
khamar
Rosulullah
saw bersabda:
Sesungguhnya
allah dan rosulnya telah mengharamkan menjual arak, bangkai, babi, dan berhala
2.
Jual beli
sperma (mani) hewan, seperti mengawinkan seekor domba jantan dengan betina agar
dapat memperoleh turunan jual beli ini haram hukumnya karena Rosulullah saw
bersabda:
“dari ibnu
umar ra, berkta; Rosulullah saw telah melarang menjual mani”
3.
Jual beli
anak binatang yang masih berada dalam perut induknya. Jual beli seperti ini
dilarang karena barangnya belum ada dan tidak tampak
4.
Jual beli
dengan muhaqallah (menjual tanam-tanaman yang masih di ladang atau sawah) hal
ini di larang agama sebab ada persangkaan riba di dalamnya
5.
Jual beli
dengan mukhadharah yaitu menjual buah-buahan yang belum pantas di panen
6.
Jual beli
dengan muammassah yaitu jual beli secara sentuh menyentuh
7.
Jual beli
dengan munabadzah yaitu jual beli secara lempar melempar
8.
Jual beli
dengan muzabanah yaitu menjual buah yang basah dengan buah yang kering
9.
Menentukan
dua harga untuk satu barang yang di perjual belikan
10. Jul
beli dengan syarat (iwadh mahjul)
11. Jual
beli gharar yaitu jual beli yang samar sehingga ada kemungkinan terjadi
penipuan
12. Jual beli
dengan mengecualikan sebagian benda yang di jual
13. Larangan menjual
makanan hingga dua kali di takar
G.
Perilaku yang mencerminkan kepatuhan terhadap hukum
jual beli dengan adanya praktek jual beli, maka akan menimbulkan sikap antara
lain sebagai berikut:
1.
Menumbuhkan
dan membina ketentraman jiwa dan kebahagiaan sebab dengan memperoleh keuntungan
atau laba maka akan terpenuhi hayat hidup sehari-hari seperti sandang, pangan,
dan papan
2.
Dengan
memperoleh keuntungan maka nafkah untuk keluarga akan terpenuhi yang merupakan
suatu tanggung jawab yang harus di laksanakan
3.
Mencegah
atau menolak kemungkaran dengan adanya usaha seperti berdagang berarti
mengkondisikan kehidupan sosial yang lebih sejahtera, sehingga penyakit yang
ada pada masyarakat dapat berkurang seperti kasus pencurian, perampokan atau
bahkan korupsi
4.
Sebagai
sarana ibadah, dengan memperoleh keuntungan maka seseorang muslim di anjurkan
untuk berinfak, shodaqoh atau zakat
5. Jual beli
dapat pula dijadikan suatu profesi sehingga dapat menghilangkan sifat yang
tidak baik misalnya malas bekerja dan tidak peuli pada sesama
H. Hikmah dan anjuran jual beli
Adapun hikmah dibolehkannya jual-beli itu adalah menghindarkan manusia dari
kesulitan dalam bermuamalah dengan hartanya. Seseorang memiliki harta di
tangannya, namun dia tidak memerlukannya. Sebaliknya dia memerlukan suatu
bentuk harta, namun harta yang diperlukannya itu ada ditangan orang lain. Kalau
seandainya orang lain yang memiliki harta yang diingininya itu juga memerlukan
harta yang ada di tangannya yang tidak diperlukannya itu, maka dapat berlaku
usaha tukar menukar yang dalam istilah bahasa Arab disebut jual beli.
|
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari uraian
di atas, dapat pemakalah simpulkan bahwa:
Jual beli adalah suatu perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak
dengan cara suka rela sehingga keduanya dapat saling menguntungkan, maka akan
terjadilah penukaran hak milik secara tetap dengan jalan yang dibenarkan oleh
syara’.Yang dimaksud sesuai dengan ketetapan hukum adalah memenuhu persyaratan-persyaratan,
rukun-rukun dalam jual beli, maka jika syarat dan rukunnya tidak terpenuhi
berarti tidak sesuai dengan ketentun syara’.
B.
Saran
Untuk umat muslim di seluruh belahan dunia agar melaksanakan jual beli
berdasarkan hukum, rukun dan syarat yang telah di tentukan agar terhindar dari
riba dan mendapat keridhoan Allah.
11
|